Sedekah itu dari sekarang, bukan ntar kalau kaya, ini alasannya!

“Nanti… kalau saya kaya, saya mau sedekahin sebagian harta saya ke orang miskin.”

“Nanti… kalau saya kaya, saya mau bantu nyumbang buat bangun masjid.”

Nanti… dan nanti….

Sering gitu gak sih kamu?

(tolong biasa aja bacanya, biasanya pakai kata Anda, tapi artikel ini untuk yang sepantaran saya atau yang lebih muda, jadi kalau pake Anda kurang enak ngobrolnya)

Kalau kamu gak sering gitu, berarti bagus sih, teruskan, eh, tapi sekarangnya udah mulai kan?

Kalau saya, jujur sering mikir gitu.. Pengen kaya sekaya mungkin, terus sumbangin sebagian harga untuk yang berhak menerima. And btw, zakat juga termasuk sedekah ya, sedangkan yang selain zakat, itu yang “membedakan” kita.

Padahal,

Mana sih, adakah anjuran sedekah kalau udah kaya? Ada gak yang punya dalilnya, tolong kasi tau saya.

Tanpa dalil, untuk kaum universal, kalau kita pikir, sekarang atau nanti, sebenarnya sama aja.

Kalau sekarang kita pelit sedekah karena ngerasa masih miskin, saya kok yakin sampai nanti kaya pun, kita bakal tetap pelit.

Itu kenapa sedekah itu perlu dibiasakan, tanamkan dalam diri sedini mungkin.

Sedekah itu gak perlu bentuk harta dengan jumlah besar. Apa saja!

Dengan ide, pemikiran, waktu, pengetahuan, kemampuan, tenaga, ucapan, dsb.

Gak bisa nyumbang semen 100 sak buat bangun masjid, kan bisa 5 sak, atau 1 sak, atau bantu bersih2 latar pembangunan, atau kalau punya ilmu nukang, sumbangkan sebagian waktu dan tenaga untuk pembangunan masjid atau tempat peribadatan lainnya.

Gak bisa ngebiayain bikin sekolah, masih bisa bikin tempat MCK atau sumur untuk kebutuhan warga.

Gak bisa membuka panti asuhan gratis untuk 100 anak dari keluarga kurang mampu atau yatim, kan bisa bantu satu anak yatim yang butuh bantuan dana.

Baca juga :  ALAN WATTS - Filosofer Genius dengan Akhir Hidup dan Kematian yang Membuat Kita Bertanya-tanya!

Ah, indah sekali sepertinya kalau kita semua saling perhatian ke tetangga, menanyakan kondisinya, membantu jika kesusahan, dst.

Sayangnya terkadang memang agak susah ya, yang kaya takut menyinggung, yang miskin kadang gengsi dan malu.

Di situlah sebuah badan organisasi, koperasi, rumah zakat, dsb, bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengumpulkan harta dari masyarakat yang mampu, dan disebarkan seadil-adilnya ke masyarakat yang membutuhkan bantuan.

Kriterianya jelas, orang-orang yang membutuhkan bantuan, orang-orang yang berhak menerima zakat, sedekah, itu jelas.

Jangan sampai harta bantuan malah ngalir ke kaum yang sudah berkecukupan untuk hidup layak. Ini dzolim.

Yuk ah, introspeksi diri lagi, apa kita masih nunda-nunda sedekah dan mengulurkan bantuan yang sebenarnya sudah bisa kita lakukan sekarang dengan persentase yang sama namun jumlah lebih kecil.

Rp 5 juta itu 5% dari 100 juta.

Sekarang misalnya;

Bagi yang punya gaji 2jt misalnya, 5% = 100.000

100rb : 5 jt = 1 : 50, tapi sama-sama 5%.

Dan lagi, sedekah gak perlu diniatin biar tambah kaya, gak usah lah. Ntar kalau di akhirat ternyata ganjaran sedekah sudah hilang semua gimana? Rugi kan?

Jika ada nasehat di atas, itu untuk diri saya pribadi… biar gak lupa.. 

Originally posted 2016-12-25 11:14:12.

Tinggalkan komentar