Kasih Sayang yang Terbagi

Dari ngurus banyak web, saya jadi membayangkan bagaimana jika web-web yang saya punya itu adalah anak-anak saya.

Kalau dibandingkan misalnya, saat punya satu web, saya menaruh kasih sayang dan perhatian ya cuma ke satu web itu. Dan semakin banyak web dan blog, semakin berkurang perhatian dan hubungan kasih sayang. Itu yang saya alami langsung.

Web saya yang terlalu banyak, lalu blog personal yang bukan lagi hanya satu, ternyata menghilangkan hubungan erat kepemilikan saya akan blog saya sendiri. Saya jadi asing, menganggap blog tsb biasa saja meski pernah menjadi anak kesayangan.

Memang sih, ada prioritas yang dibuat. Tapi perasaan saya gak bisa boong. Rasa spesial itu hilang.

Nah, saya jadi membandingkan dengan manusia.

Apakah kalau orang tua, anaknya sudah tidak satu, kasih sayang mereka juga akan berkurang serta tidak ada lagi perhatian khusus? Ssaya pikir iya. Kasih sayang akan terbagi untuk semua anak, karena semua anak itu ya anak mereka. Yang jadi pertanyaan saya, apakah mereka juga jadi berpikir biasa aja terhadap semua anak?

Saya gak tau jawabannya, karena alhamdulillah saya belum berhasil menikahi seorang wanita yang bisa kubuahi tiap malam Jumát untuk menghasilkan anak sholeh dan sholehah. Bukankah semua harus disyukuri? Alhamdulillah ya kan?!

Pilih kasih itu katanya ada…

Dan kalau memang orang tua juga pilih kasih terhadap anaknya, saya bisa mengerti dan menerima. Karena ada banyak faktor yang akan mempengaruhi sifat orang tua ke anak-anaknya. Tapi itu cuma pilih kasih, soal sayang dan perhatian, kok saya yakin ya orang tua itu sama rata ke anaknya. At least kalau saya nanti punya anak mungkin bakal begitu.

Baca juga :  BELAJAR Memenuhi Kebutuhan

Senakal-nakalnya anak, saya kok yakin orang tua mereka tetap sayang malah perhatiannya bakal lebih.

Di sekolah, ada dua cara agar diperhatikan guru; menjadi sepintar-pintarnya, atau menjadi senakal-nakalnya.

sd14penarik.files.wordpress.com
source: sd14penarik.files.wordpress.com

Be the best, or be the worst.

Saya sendiri merasakan menjadi murid spesial cuma di SD dan Pesantren. Selebihnya saya memilih menjadi biasa, gak perlu diperhatikan dan memang saya tidak membutuhkan perhatian dan recognition dari para guru ataupun dosen.

Di keluarga, yang saya inginkan hanyalah manfaat sebesar-besarnya, saya tidak butuh pengakuan. Bahkan saya rela dianggap tidak ada. Tapi alhamulillah itu belum terjadi pada diri saya.

Posting ini adalah akibat dari kegalauan saya, memilih prioritas dari pilihan-pilihan terbaik.

Blog elmuha.net ini pun sebenarnya hanya sementara, sarana untuk mencapai hal lain yang saya impikan.

Originally posted 2016-12-03 01:47:58.

Tinggalkan komentar